Pengertian Regulasi Emosi
Regulasi emosi adalah strategi yang dilakukan seorang individu baik secara sadar maupun tidak sadar dalam memonitor, mengenali, menghindari, menghambat, mempertahankan atau mengelola reaksi emosional serta mengekspresikan emosi tersebut secara otomatis atau dikendalikan, dalam rangka memenuhi afek biologis atau adaptasi sosial untuk mengatur perilaku yang tepat dalam mencapai suatu tujuan.
Regulasi emosi dipengaruhi oleh perkembangan kemampuan menggambarkan, mempertimbangkan dan fokus individu dalam menganalisis tekanan emosi. Aspek penting dalam regulasi emosi ialah kapasitas untuk memulihkan kembali keseimbangan emosi meskipun pada awalnya seseorang kehilangan kontrol atas emosi yang dirasakannya.
regulasi emosi adalah kemampuan merespon proses-proses ekstrinsik dan intrinsik untuk memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosi yang intensif dan menetap untuk mencapai suatu tujuan. Jika seseorang telah mampu mengelola emosi-emosinya secara efektif dan baik dalam menghadapi sebuah masalah yang sedang dialaminya, maka ia akan memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi masalah tersebut.
Berikut definisi dan pengertian regulasi emosi dari beberapa sumber buku:
- Menurut Gross (2007), regulasi emosi ialah strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku.
- Menurut Pratisti (2012), regulasi emosi adalah proses untuk mengenali, menghindari, menghambat, mempertahankan atau mengelola kemunculan, bentuk, intensitas maupun masa berlangsungnya perasaan internal, emosi psikologis, proses perhatian, status motivasional dan atau perilaku yang berhubungan dengan emosi dalam rangka memenuhi afek biologis atau adaptasi sosial atau meraih tujuan individual.
- Menurut Fitri (2012), regulasi emosi adalah strategi yang dilakukan individu untuk memelihara, menaikkan, dan atau menurunkan perasaan, perilaku, dan respon fisiologis secara sadar maupun tidak sadar.
- Menurut Shaffer (2005), regulasi emosi adalah kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi emosi yang tepat meliputi kemampuan untuk mengatur perasaan, reaksi fisiologis, kognisi yang berhubungan dengan emosi, dan reaksi yang berhubungan dengan emosi.
- Menurut Wilson (1999), regulasi emosi merupakan kemampuan untuk menghalangi perilaku tidak tepat akibat kuatnya intensitas emosi positif atau negatif yang dirasakan, dapat menenangkan diri dari pengaruh psikologis yang timbul akibat intensitas yang kuat dari emosi, dapat memusatkan perhatian kembali dan mengorganisir diri sendiri untuk mengatur perilaku yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
Aspek-Aspek Regulasi Emosi
Meregulasi emosi berarti mampu mengenali dan memahami perasaan serta mengelola emosi pada diri sendiri. Regulasi emosi adalah hal yang sulit karena keadaan dan sumber emosi tidak teridentifikasi secara jelas. Menurut Gross (2007), terdapat empat aspek yang digunakan untuk menentukan kemampuan regulasi emosi seseorang, yaitu sebagai berikut:
- Strategies to emotion regulation (strategies), yaitu keyakinan individu untuk dapat mengatasi suatu masalah, memiliki kemampuan untuk menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi negatif dan dapat dengan cepat menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi yang berlebihan.
- Engaging in goal directed behavior (goals), yaitu kemampuan individu untuk tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang dirasakannya sehingga dapat tetap berpikir dan melakukan sesuatu dengan baik.
- Control emotional responses (impulse), yaitu kemampuan individu untuk dapat mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah laku dan nada suara), sehingga individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat.
- Acceptance of emotional response (acceptance), yaitu kemampuan individu untuk menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa malu merasakan emosi tersebut.
Sedangkan menurut Thompson (1994), aspek-aspek regulasi emosi adalah sebagai berikut:
- Kemampuan memonitor emosi (emotions monitoring), yaitu kemampuan untuk menyadari dan memahami dari keseluruhan proses yang terjadi dalam diri, pikiran dan latar belakang dari tindakan individu.
- Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating), yaitu kemampuan untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi yang dialami individu. Kemampuan untuk mengelola emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam dan benci akan membuat individu tidak terbawa dan terpengaruh secara mendalam yang dapat mengakibatkan individu tidak dapat berfikir secara rasional.
- Kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification), yaitu kemampuan untuk merubah emosi sehingga mampu memotivasi diri terutama ketika individu berada dalam putus asa, cemas dan marah. Kemampuan ini membuat individu mampu bertahan dalam masalah yang sedang dihadapinya.
Proses Regulasi Emosi
Menurut Gross (2007), terdapat lima proses dalam regulasi emosi yaitu; pemilihan situasi, modifikasi keadaan, penyebaran perhatian, perubahan kognitif dan perubahan respon. Adapun penjelasan detail proses regulasi emosi adalah sebagai berikut:
a. Situation selection (pemilihan situasi)
Pemilihan situasi adalah suatu tindakan untuk memungkinkan kita berada dalam situasi yang kita harapkan dan menimbulkan emosi yang kita inginkan. Dengan kata lain strategi ini dapat berupa mendekati atau menghindar dari seseorang, tempat, atau objek berdasarkan dampak emosi yang muncul.
b. Situation modification (modifikasi keadaan)
Situation Modification adalah usaha untuk memodifikasi satu keadaan secara langsung untuk mendatangkan suatu keadaan baru. Modifikasi situasi yang dimaksud di sini dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan fisik eksternal maupun internal. Misalnya jika salah satu pasangan tampak sedih, maka dapat menghentikan interaksi marah kemudian mengungkapkan dengan keprihatinan, meminta maaf, atau memberikan dukungan.
c. Attentional deployment (penyebaran perhatian)
Attentional deployment dapat dianggap sebagai versi internal dari seleksi situasi. Dua strategi atensional yang utama adalah distraksi dan konsentrasi. Distraksi memfokuskan perhatian pada aspek-aspek yang berbeda dari situasi yang dihadapi, atau memindahkan perhatian dari situasi itu ke situasi lain, misalnya ketika seorang bayi mengalihkan pandangannya dari stimulus yang membangkitkan emosi untuk mengurangi stimulasi. Attentional deployment bisa memiliki banyak bentuk, termasuk pengalihan perhatian secara fisik, misalnya menutup mata atau telinga, pengubahan arah perhatian secara internal dan merespon pengalihan.
d. Cognitive Change (perubahan kognitif)
Perubahan penilaian adalah pertahanan psikologis dan pembuatan pembandingan sosial dengan yang ada di bawahnya (keadaannya lebih buruk). Pada umumnya, hal ini merupakan transformasi kognisi untuk mengubah pengaruh kuat emosi dari situasi. Perubahan kognitif mengacu pada mengubah cara kita menilai situasi di mana kita terlibat di dalamnya untuk mengubah signifikansi emosionalnya, dengan mengubah bagaimana kita memikirkan tentang situasinya atau tentang kapasitas kita untuk menangani tuntutan-tuntutannya.
e. Response modulation (perubahan respon)
Modulasi respon mengacu pada mempengaruhi respon fisiologis, pengalaman, atau perilaku selangsung mungkin. Olahraga dan relaksasi juga dapat digunakan untuk mengurangi aspek-aspek fisiologis dan pengalaman emosi negatif, dan, alkohol, rokok, obat, dan bahkan makanan, juga dapat dipakai untuk memodifikasi pengalaman emosi.
Strategi Regulasi Emosi
Menurut Garnefski, dkk (2001), terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk melakukan regulasi emosi, yaitu:
- Menyalahkan diri sendiri (self-blame). Merupakan suatu strategi dimana individu menyalahkan dirinya sendiri mengenai peristiwa hidupnya, terutama peristiwa negatif.
- Menyalahkan orang lain (other-blame). Merupakan suatu strategi dimana individu menyalahkan orang lain atau lingkungannya atas peristiwa yang dialaminya, terutama peristiwa negatif.
- Pemusatan pikiran (rumination of focus or thougt). Individu memusatkan pikirannya pada emosi-emosi negatif yang timbul atau peristiwa negatif yang dialami, sehingga pemikiran individu sepenuhnya tercurah terhadap hal negatif yang dialami.
- Berpikir yang terburuk (catastrophizing). Menggunakan strategi pemikiran bahwa hal-hal negatif atau peristiwa negatif yang terjadi pada diri individu merupakan sesuatu yang sangat buruk atau bahkan paling buruk.
- Membandingkan permasalahan (putting into perspective). Individu membandingkan satu masalah dengan masalah lain yang sama-sma melibatkan emosi, kemudian mempersepsikan masalah-masalah yang terjadi dalam hidupnya tersebut.
- Memikirkan hal positif (positive refocusing). Individu memikirkan hal-hal atau kemungkinan-kemungkinan yang menyenangkan di balik masalah yang dihadapinya, sehingga tidak terfokus pada dampak dan emosi negatif dari suatu masalah.
- Pemaknaan positif (positive reappraisal). Memaknai masalah yang dialami individu secara positif, sehingga terhindar dari pemikiran-pemikiran irasional yang bisa menyebabkan berbagai masalah.
- Penerimaan (acceptance). Menerima semua peristiwa di dalam hidup, termasuk peristiwa negatif sebagai pelajaran untuk kehidupan yang lebih baik lagi, bukan menyesalinya.
- Perencanaan (refocus on planning). Pola pikir tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana mengatasi peristiwa negatif yang menimpanya.
Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi
Menurut Gross (2007), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi regulasi emosi pada seseorang, yaitu:
a. Intensitas emosional
Intensitas emosional merupakan dimensi utama variasi di konteks emosional. Pada situasi dengan intensi rendah dan emosi yang negatif, individu akan lebih memilih untuk melakukan penilaian kembali. Sedangkan individu dalam situasi intensitas tinggi dengan emosi negatif cenderung memilih untuk memblokir informasi emosional atau dengan menghindar situasi yang menimbulkan emosi sebelum mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi situasi.
b. Kompleksitas kognitif
Kompleksitas kognitif dapat menghasilkan sebuah strategi regulasi emosi. Hal ini dapat dilihat dengan melibatkan proses kognitif yang berurutan yaitu generasi, implementasi dan pemeliharaan. Generasi melibatkan untuk menemukan opsi pengaturan yang memadai sehingga dapat menggantikan pengolahan informasi emosional. Implementasi melibatkan untuk mengaktifkan strategi regulasi emosi dan pemeliharaan memegang peran dalam mempertahankan regulasi emosi selama yang diperlukan.
c. Tujuan motivasi
Tujuan motivasi yaitu mengevaluasi stimulus emosional akan ditemui dalam sekali atau beberapa kali. Stimulus emosional yang dihadapi beberapa kali dapat lebih baik dalam melakukan regulasi emosi.
Daftar Pustaka
- Gross, J.J. 2007. Emotion Regulation: Past, Present, Future. Cognitionand Emotion Journal.
- Pratisti, W. Dinar. 2012. Peran Kehidupan Emosional Ibu, Budaya, dan Karakteristik Remaja pada Regulasi Emosi Remaja. Jurnal Fakultas Psikologi.
- Fitri, A. Radhiani. 2012. Regulasi Emosi Odapus (Orang dengan Lupus atau Systemic Lupus Erythematosus). Jurnal Psikologi.
- Shaffer, K.A. 2005. On the nature and function of emotion: A component process approach. Approaches to emotion Journal.
- Wilson, J.W. 1999. Emotion Related Regulation: An Emerging Construct. Developmental Psychology JOurnal.
- Thompson, R.A. 1994. Emotion Regulation: A Theme in Search of Definition. Monographs of the Society for Research in Child Development Journal.
- Garnefski, N., Kraaj,V., & Spinhoven, Ph. 2001. Negative life Events, Cognitive Emotion Regulation and Depression. Personality and Individual Differences Journal.